Jumat, 18 Februari 2011

KACA MATA

Hari itu hari selasa. Seperti biasa selesai olahraga di gym saya bergegas pulang ke rumah. Sesampai di rumah isteriku telah menyiapkan sarapan pagi. Segar dan nikmat sekali makan setelah berolahraga. Rasa-rasanya benar juga ungkapan sebagian kalangan yang menyebutkan di dalam jiwa yang sehat ada jasad yang sehat. Dan di dalam jasad yang sehat makannya enak dan tak khawatir tertimpa penyakit. Semoga dapat konsisten dalam menyehatkan fisik

Setelah sarapan saya menuju ruang mandi. Saya mengguyur badan dengan air yang hangat mengenai badan. Alangkah sempurnanya karunia Allah swt. Badan yang bermandikan keringat kini basah dan hangat bermandikan air. Kuguyur seluruh badanku. Kebiasaan saya setelah mandi adalah selalu menyempurnakannya dengan wudhu. Saya berwudhu dengan niat saat itu untuk shalat dhuha. Shalat minta rezeki kepada Allah swt.

Setelah mandi aku bergegas meraih handuk. Kemudian bersalin pakaian. Lalu kubentangkan sajadah untuk shalat dhuha. Dalam sujud terakhir saya berharap ada keajaiban hari ini. Seperti itulah yang selalu saya harapkan kepada Yang Maha Kuasa. Kenapa demikian? Karena hanya kepadaNya memang kita mengeluh dan berharap. Karena pemilik alam raya ini adalah Dia. Alhamdulillah, saya mulai belajar untuk tidak berharap kepada sesama. Walaupun belum sempurna dan masih jauh dari kesempurnaan namun saya bersyukur hal itu sudah mulai saya lakukan. Semoga hal ini bisa konsisten

Dalam duduk termenung di atas sajadah dhuha. Terdengar suara isteri memberitahu bahwa ada seseorang yang bersalam. Lina, gadis yang datang dari kampung yang tinggal bersama kami beberapa bulan terakhir ini menengoknya. Menurutnya tamunya sudah masuk. Saya berpikir tidak biasanya tamu masuk langsung duduk. Saya berpikir tamu ini mungkin orang baru. Dia lain dari biasanya. Saya bersiap menyambutnya. Setelah siap saya menuju ruang tamu

Ternyata tamu itu orang lama yang pernah menjadi penggerak partai di kelurahan sindulang kecamatan tuminting. Saya memang tidak akrab dengannya. Dia lebih akrab dengan pak Amir Liputo dan ustadz Ramli Abbas. Alhamdulillah saya selalu berusaha tersenyum dengan siapapun apalagi pernah mengenal orang itu. Dan saya percaya bahwa ketika ada orang datang berarti memiliki maksud dan tujuan tertentu.

Beliau bernama Djafar Bilulu. Katanya sekarang dia tinggal di Kecamatan Bolaang Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara. Di tempat itu menurutnya dia berusaha membuat dan menyelenggarakan kelompok pengajian yasinan. Dia masih semangat bicara tentang PKS. Saya duduk dan berusaha mendengarkannya. Sesekali saya menganggukan kepala dan berkomentar sesekali pula. Saya coba mengorek apa yang ingin ia ungkapkan

Ia bercerita panjang lebar hingga satu hal yang membuat saya penasaran dua bulan yang lalu terjawab pada pertemuan ini. Dua bulan yang lalu saya ditelpon seseorang dan mengaku sebagai keluarga. Oleh karena suaranya tidak begitu jelas maka sebagian informasinya menjadi kabur. Dia bersama dengan ustadz Ramli Abbas. Saat itu saya mau berangkat ke jakarta. Dia ingin sekali ketemu. Dia ke rumah tetapi saya sudah di kantor. Dia ingin ke kantor namun saya sudah keluar kantor. Dan saya sudah dalam perjalanan menuju bandara. Dan akhirnya komunikasi terputus di situ

Alhamdulillah beliau menceritakan panjang lebar kejadian itu. Saya berusaha menjadi pendengar yang baik. Saya yakin betul bahwa salah satu cara efektif meringankan beban permasalahan seseorang itu dengan cara mendengarkannya. Saya dengan gaya saya yang khas membuatnya bercerita panjang lebar. Mulai dari partai hingga pernikahannya. Mulai dari kematian isterinya hingga kepindahannya di tempat yang baru sekarang ini.

Secara khusus beliau menyampaikan keluhannya. Dan inilah inti permasalahannya. Ia ingin membeli kaca mata namun uangnya tidak cukup. Saya tidak menanyakan apapun tentang kesehatan matanya. Dalam hati saya yang paling dalam, ada suara yang berbisik agar membantunya. Dia nampak seperti orang yang sangat kecapaian dan terbebani dengan kesulitan hidup. Saya berusaha menepis rintangan bersedekah. Saya kuatkan hati dan merogok dompet

Kuhitung secara tertutup. Kutarik dari dompet beberapa lembar lima puluh ribuan dan kuberikan kepadanya. Saya sampaikan semoga bermanfaat. Dan dia menerimanya. Saya melihatnya ada perubahan dari cara duduknya. Dan berselang tiga menit kemudian dia pamit. Katanya ia ingin ke rumah adiknya yang terletak di wonasa kapleng kompleks perumahan wale lestari singkil dua-kombos timur. Saya bangkit mengantarkannya di halaman rumah.

Saya panggil pak tino agar mengantarkan beliau. Dan kepergiannya membuat saya banyak belajar tentang kehidupan ini. Ya Allah jadikan hamba ini menjadi hamba yang sholeh. Hamba yang berkelimpahan harta agar dapat membantu sesama. Sesungguhnya engkaulah pemilik segala-galaNya di alam raya ini... amin ya rabbal’alamin

Tulisan ini adalah catatan harian saya dan bersifat pribadi.  Semoga ada hikmahnya

0 komentar:

Posting Komentar

Slider Code Enter Here

Teman